16.32
Unknown
No comments
Allah subhanahu wata'ala telah
memerintahkan Nabinya Ibrahim 'alaihis
salam untuk membangun Baitul 'Atiq. Baitul
'Atiq adalah masjid yang diperuntukkan bagi
manusia untuk mereka menyembah Allah
subhanahu wa ta'ala.
Allah kemudian menunjukkan kepada Nabi Ibrahim
dimana hendaknya bangunan tersebut dibangun.
Allah menunjuki Nabi Ibrahim lewat wahyu yang
diturunkan kepadanya.
Para ulama salaf mengatakan bahwa di setiap
tingkat langit terdapat sebuah rumah. Penduduk
langit tersebut beribadah kepada Allah di rumah
tersebut. Oleh karena itulah Allah memerintahkan
Nabi Ibrahim 'alaihissalam membuat bangunan
seperti itu pula di muka bumi.
Bagaimanakah kisah pembangunan Ka'bah oleh
Nabi Ibrahim yang dibantu oleh putra beliau Nabi
Ismail ini? Kisahnya agak panjang. Kita mulai
sekarang ya…
Dahulu, Nabi Ibrahim 'alahissalam membawa istrinya
Hajar dan putra beliau Ismail ke daerah Makkah.
Pada saat itu Hajar dalam keadaan menyusui
putranya.
Nabi Ibrahim kemudian menempatkan Hajar dan
Ismail di sebuah tempat di samping pohon besar.
Pada saat itu, di tempat tersebut tidaklah terdapat
seorang pun dan tidak pula ada air. Nabi Ibrahim
kemudian meninggalkan keduanya beserta geribah
yang di dalamnya terdapat kurma, serta bejana yang
berisi air.
Ketika Nabi Ibrahim hendak pergi, Hajar mengikuti
beliau seraya bertanya,
"Wahai Ibrahim, kemanakah engkau akan pergi?
Apakah engkau akan meninggalkan kami padahal di
lembah ini tidak terdapat seorang pun dan tidak ada
makanan apapun?"
Hajar mengucapkannya berkali-kali namun Nabi
Ibrahim tidak menghiraukannya. Hajar kemudian
bertanya, "Apakah Allah yang memerintahkan
engkau berbuat ini?" Nabi Ibrahim kemudian
menjawab, "Iya." Hajar lalu berkata, "Dia tidak akan
membiarkan kami". Hajar kemudian kembali.
Nabi Ibrohim sampai di daerah Tsaniah, di mana
tidak terlihat lagi oleh keluarga yang beliau
tinggalkan. Di sana Nabi Ibrahim berdoa,
Ya Rabb kami, Sesungguhnya aku telah
menempatkan sebagian keturunanku di lembah
yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat
rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Rabb
Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan
shalat, Maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan berilah mereka rizki
dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka
bersyukur.
Ketika persediaan air mereka habis, Hajar pun
mencari air untuk dia dan putranya. Dia pergi ke
bukit Shafa mencari-cari adakah orang di sana.
Namun dia tidak menemukan siapapun di sana.
Hajar pun kemudian pergi ke Marwah dan mencaricari
orang pula di sana. Dia juga tidak mendapati
seorang pun.
Hajar berulang-ulang pergi dari Shafa ke Marwah,
kemudian sebaliknya dari Marwah ke Shafa, sampai
tujuh kali. Oleh karena itulah di dalam
ibadah haji ada yang namanya Sai.
Yaitu berlari-lari kecil dari Shafa ke
Marwa dan sebaliknya sampai tujuh
kali.
Sampai ke Marwah, Hajar mendengar suara "Diam".
Dia mendengar suara itu, lalu mencari sumber suara
itu dan berkata, "Aku telah mendengarmu, apakah
engkau dapat memberikan bantuan?"
Ternyata dia berada bersama malaikat di tempat di
mana terdapat air zam-zam. Lalu malaikat itu
mengais-ngais tanah hingga akhirnya muncul air.
Selanjutnya ia pun menuruni air tersebut, mengisi
bejananya dan kembali ke putranya Ismail kemudian
menyusuinya.
Malaikat lalu berkata kepada Hajar, "Janganlah
engkau takut disia-siakan, karena di sini akan
dibangun sebuah rumah oleh anak ini dan
bapaknya. Dan sesungguhnya Allah tidak akan
menyia-nyiakan keluarganya"
Setelah beberapa waktu berlalu, serombongan suku
Jurhum datang ke tempat tersebut. Mereka tinggal di
sekitar air zam-zam bersama Hajar dan
Ismail. Ini semua mereka lakukan atas
izin dari Hajar.
Nabi Ismail pun kemudian dewasa dan belajar
Bahasa Arab dari Suku Jurhum tersebut. Beliau juga
menikah dengan salah seorang wanita mereka.
Diceritakan pula bahwa Hajar kemudian meninggal
dunia.
Pada suatu saat, Nabi Ibrahim datang ingin
menjenguk Nabi Ismail 'alaihimassalam. Namun
beliau hanya menemui istri Nabi Ismail saja.
Nabi Ibrahim bertanya kepada wanita tersebut
kemana kiranya Nabi Ismail pergi. Istrinya
menjawab, "Dia sedang mencari nafkah bagi kami."
Nabi Ibrahim lalu bertanya tentang keadaan mereka.
Istri Nabi Ismail menjawab, "Kami dalam kondisi
yang jelek dan hidup dalam kesempitan dan
kemiskinan."
Mendengar jawaban tersebut,
sebelum pulang Nabi Ibrahim
berpesan kepada wanita itu
untuk menyampaikan salam
kepada Nabi Ismail dan
agar Nabi Ismail
mengganti
ambang
pintunya.
Setelah Nabi Ismail kembali ke rumah, istrinya pun
menceritakan peristiwa tadi dan menyampaikan
pesan Nabi Ibrahim kepada suaminya.
Mendengar hal tersebut, Nabi Ismail pun berkata
kepada istrinya, "Itu tadi adalah bapakku. Ia
menyuruhku untuk menceraikanmu, maka
kembalilah engkau kepada orang tuamu."
Nabi Ismail pun menceraikan istrinya tadi sesuai
dengan pesan Nabi Ibrahim dan kemudian menikah
lagi dengan seorang wanita dari Bani Jurhum juga.
Setelah beberapa waktu berlalu, Nabi Ibrahim
kemudian kembali mengunjungi Nabi Ismail. Namun
Nabi Ismail tidak ada di rumah. Nabi Ibrahim pun
menemui isteri Nabi Ismail yang baru.
Beliau bertanya dimana Nabi Ismail sekarang.
Istrinya menjawab bahwa Nabi
Ismail sedang mencari nafkah.
Nabi Ibrahim juga bertanya
tentang keadaan mereka.
Wanita itu menjawab
bahwa keadaan mereka
baik-baik saja dan
berkecukupan, sambil
memuji Allah azza wa jalla.
Nabi Ibrahim lalu bertanya tentang makanan
serta minuman mereka. Wanita itu menjawab
bahwa makanan mereka adalah daging, adapun
minuman mereka adalah air. Maka Nabi Ibrahim
mendoakan kedua hal ini, "Ya Allah berkatilah
mereka pada daging dan air."
Setelah itu Nabi Ibrahim pun pergi dari rumah
Nabi Ismail. Namun sebelumnya dia berpesan
kepada wanita itu agar Nabi Ismail memperkokoh
ambang pintunya.
Ketika Nabi Ismail pulang, beliau bertanya kepada
istrinya, "Adakah tadi orang yang bertamu?" Istrinya
menjawab, "Ada, seorang tua yang berpenampilan
bagus." Dia memuji Nabi Ibrahim.
"Ia bertanya kepadaku tentang dirimu, maka aku
jelaskan keadaanmu kepadanya. Dia juga bertanya
tentang kehidupan kita, dan aku jawab bahwa
kehidupan kita baik-baik saja."
Nabi Ismail kemudian bertanya, "Apakah
dia memesankan sesuatu
kepadamu?"
Istrinya kembali menjawab,
"Ya. Ia menyampaikan salam
kepadamu dan menyuruhmu
mengokohkan ambang pintumu."
Nabi Ismail berkata, "Itu adalah ayahku dan engkau
adalah pegangan pintu tersebut. Beliau menyuruhku
untuk tetap menjagamu sebagai istriku."
Waktu pun berlalu. Suatu saat ketika Nabi Ismail
sedang meraut anak panah, Nabi Ibrahim pun
datang. Nabi Ismail pun bangkit menyambutnya, dan
mereka pun saling melepaskan rindu.
Selanjutnya Nabi Ibrahim berkata, "Wahai anakku,
sesungguhnya Allah menyuruhku menjalankan
perintah."
Ismail menjawab, "Lakukanlah apa yang
diperintahkan oleh Rabbmu."
"Apakah engkau akan membantuku?", Tanya Nabi
Ibrahim kembali.
“Aku pasti akan membantumu." seru Ismail.
Nabi Ibrahim kemudian menunjuk ke
tumpukan tanah yang lebih tinggi dari yang
sekitarnya. Beliau berkata, "Sesungguhnya
Allah menyuruhku membuat suatu rumah di
sini."
Pada saat itulah keduanya kemudian
meninggikan pondasi Baitullah. Ismail mulai
mengangkut batu, sementara Ibrahim
memasangnya.
Setelah bangunan tinggi, Ismail membawakan sebuah
batu untuk menjadi pijakan bagi Nabi Ibrahim. Batu
inilah yang akhirnya disebut sebagai maqam Ibrahim.
Mereka pun terus bekerja sembari mengucapkan doa,
“Wahai Rabb kami terimalah dari Kami (amalan kami),
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi
Maha Mengetahui".
Sampai akhirnya tuntaslah pembangunan baitullah itu.
Ka'bah pun akhirnya berdiri di bumi Allah 'azza wa
jalla.(*)
0 komentar:
Posting Komentar