• Text

      AM630 AM404 AM251 AM1172 AM-2201 JWH-018 JWH-073 JWH-081 JWH

      Please Contact

      AM630 AM404 AM251 AM1172 AM-2201 JWH-018 JWH-073 JWH-081 JWH

      buy and sell > other

      We would like to introduce you with the new generation of our Chemical products.We are offering you new products - strong, high quality non cathinone products.We are currently offering legal and all-powerful chemicals, herbs, powder and pills.

      Minggu, 07 Oktober 2012

      Cerita Asal mula Kakbah



      Allah subhanahu wata'ala telah
      memerintahkan Nabinya Ibrahim 'alaihis
      salam untuk membangun Baitul 'Atiq. Baitul
      'Atiq adalah masjid yang diperuntukkan bagi
      manusia untuk mereka menyembah Allah
      subhanahu wa ta'ala.
      Allah kemudian menunjukkan kepada Nabi Ibrahim
      dimana hendaknya bangunan tersebut dibangun.
      Allah menunjuki Nabi Ibrahim lewat wahyu yang
      diturunkan kepadanya.
      Para ulama salaf mengatakan bahwa di setiap
      tingkat langit terdapat sebuah rumah. Penduduk
      langit tersebut beribadah kepada Allah di rumah
      tersebut. Oleh karena itulah Allah memerintahkan
      Nabi Ibrahim 'alaihissalam membuat bangunan
      seperti itu pula di muka bumi.
      Bagaimanakah kisah pembangunan Ka'bah oleh
      Nabi Ibrahim yang dibantu oleh putra beliau Nabi
      Ismail ini? Kisahnya agak panjang. Kita mulai
      sekarang ya…
      Dahulu, Nabi Ibrahim 'alahissalam membawa istrinya
      Hajar dan putra beliau Ismail ke daerah Makkah.
      Pada saat itu Hajar dalam keadaan menyusui
      putranya.
      Nabi Ibrahim kemudian menempatkan Hajar dan
      Ismail di sebuah tempat di samping pohon besar.
      Pada saat itu, di tempat tersebut tidaklah terdapat
      seorang pun dan tidak pula ada air. Nabi Ibrahim
      kemudian meninggalkan keduanya beserta geribah
      yang di dalamnya terdapat kurma, serta bejana yang
      berisi air.
      Ketika Nabi Ibrahim hendak pergi, Hajar mengikuti
      beliau seraya bertanya,
      "Wahai Ibrahim, kemanakah engkau akan pergi?
      Apakah engkau akan meninggalkan kami padahal di
      lembah ini tidak terdapat seorang pun dan tidak ada
      makanan apapun?"
      Hajar mengucapkannya berkali-kali namun Nabi
      Ibrahim tidak menghiraukannya. Hajar kemudian
      bertanya, "Apakah Allah yang memerintahkan
      engkau berbuat ini?" Nabi Ibrahim kemudian
      menjawab, "Iya." Hajar lalu berkata, "Dia tidak akan
      membiarkan kami". Hajar kemudian kembali.
      Nabi Ibrohim sampai di daerah Tsaniah, di mana
      tidak terlihat lagi oleh keluarga yang beliau
      tinggalkan. Di sana Nabi Ibrahim berdoa,
      Ya Rabb kami, Sesungguhnya aku telah
      menempatkan sebagian keturunanku di lembah
      yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat
      rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Rabb
      Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan
      shalat, Maka jadikanlah hati sebagian manusia
      cenderung kepada mereka dan berilah mereka rizki
      dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka
      bersyukur.
      Ketika persediaan air mereka habis, Hajar pun
      mencari air untuk dia dan putranya. Dia pergi ke
      bukit Shafa mencari-cari adakah orang di sana.
      Namun dia tidak menemukan siapapun di sana.
      Hajar pun kemudian pergi ke Marwah dan mencaricari
      orang pula di sana. Dia juga tidak mendapati
      seorang pun.
      Hajar berulang-ulang pergi dari Shafa ke Marwah,
      kemudian sebaliknya dari Marwah ke Shafa, sampai
      tujuh kali. Oleh karena itulah di dalam
      ibadah haji ada yang namanya Sai.
      Yaitu berlari-lari kecil dari Shafa ke
      Marwa dan sebaliknya sampai tujuh
      kali.
      Sampai ke Marwah, Hajar mendengar suara "Diam".
      Dia mendengar suara itu, lalu mencari sumber suara
      itu dan berkata, "Aku telah mendengarmu, apakah
      engkau dapat memberikan bantuan?"
      Ternyata dia berada bersama malaikat di tempat di
      mana terdapat air zam-zam. Lalu malaikat itu
      mengais-ngais tanah hingga akhirnya muncul air.
      Selanjutnya ia pun menuruni air tersebut, mengisi
      bejananya dan kembali ke putranya Ismail kemudian
      menyusuinya.
      Malaikat lalu berkata kepada Hajar, "Janganlah
      engkau takut disia-siakan, karena di sini akan
      dibangun sebuah rumah oleh anak ini dan
      bapaknya. Dan sesungguhnya Allah tidak akan
      menyia-nyiakan keluarganya"
      Setelah beberapa waktu berlalu, serombongan suku
      Jurhum datang ke tempat tersebut. Mereka tinggal di
      sekitar air zam-zam bersama Hajar dan
      Ismail. Ini semua mereka lakukan atas
      izin dari Hajar.
      Nabi Ismail pun kemudian dewasa dan belajar
      Bahasa Arab dari Suku Jurhum tersebut. Beliau juga
      menikah dengan salah seorang wanita mereka.
      Diceritakan pula bahwa Hajar kemudian meninggal
      dunia.
      Pada suatu saat, Nabi Ibrahim datang ingin
      menjenguk Nabi Ismail 'alaihimassalam. Namun
      beliau hanya menemui istri Nabi Ismail saja.
      Nabi Ibrahim bertanya kepada wanita tersebut
      kemana kiranya Nabi Ismail pergi. Istrinya
      menjawab, "Dia sedang mencari nafkah bagi kami."
      Nabi Ibrahim lalu bertanya tentang keadaan mereka.
      Istri Nabi Ismail menjawab, "Kami dalam kondisi
      yang jelek dan hidup dalam kesempitan dan
      kemiskinan."
      Mendengar jawaban tersebut,
      sebelum pulang Nabi Ibrahim
      berpesan kepada wanita itu
      untuk menyampaikan salam
      kepada Nabi Ismail dan
      agar Nabi Ismail
      mengganti
      ambang
      pintunya.
      Setelah Nabi Ismail kembali ke rumah, istrinya pun
      menceritakan peristiwa tadi dan menyampaikan
      pesan Nabi Ibrahim kepada suaminya.
      Mendengar hal tersebut, Nabi Ismail pun berkata
      kepada istrinya, "Itu tadi adalah bapakku. Ia
      menyuruhku untuk menceraikanmu, maka
      kembalilah engkau kepada orang tuamu."
      Nabi Ismail pun menceraikan istrinya tadi sesuai
      dengan pesan Nabi Ibrahim dan kemudian menikah
      lagi dengan seorang wanita dari Bani Jurhum juga.
      Setelah beberapa waktu berlalu, Nabi Ibrahim
      kemudian kembali mengunjungi Nabi Ismail. Namun
      Nabi Ismail tidak ada di rumah. Nabi Ibrahim pun
      menemui isteri Nabi Ismail yang baru.
      Beliau bertanya dimana Nabi Ismail sekarang.
      Istrinya menjawab bahwa Nabi
      Ismail sedang mencari nafkah.
      Nabi Ibrahim juga bertanya
      tentang keadaan mereka.
      Wanita itu menjawab
      bahwa keadaan mereka
      baik-baik saja dan
      berkecukupan, sambil
      memuji Allah azza wa jalla.
      Nabi Ibrahim lalu bertanya tentang makanan
      serta minuman mereka. Wanita itu menjawab
      bahwa makanan mereka adalah daging, adapun
      minuman mereka adalah air. Maka Nabi Ibrahim
      mendoakan kedua hal ini, "Ya Allah berkatilah
      mereka pada daging dan air."
      Setelah itu Nabi Ibrahim pun pergi dari rumah
      Nabi Ismail. Namun sebelumnya dia berpesan
      kepada wanita itu agar Nabi Ismail memperkokoh
      ambang pintunya.
      Ketika Nabi Ismail pulang, beliau bertanya kepada
      istrinya, "Adakah tadi orang yang bertamu?" Istrinya
      menjawab, "Ada, seorang tua yang berpenampilan
      bagus." Dia memuji Nabi Ibrahim.
      "Ia bertanya kepadaku tentang dirimu, maka aku
      jelaskan keadaanmu kepadanya. Dia juga bertanya
      tentang kehidupan kita, dan aku jawab bahwa
      kehidupan kita baik-baik saja."
      Nabi Ismail kemudian bertanya, "Apakah
      dia memesankan sesuatu
      kepadamu?"
      Istrinya kembali menjawab,
      "Ya. Ia menyampaikan salam
      kepadamu dan menyuruhmu
      mengokohkan ambang pintumu."
      Nabi Ismail berkata, "Itu adalah ayahku dan engkau
      adalah pegangan pintu tersebut. Beliau menyuruhku
      untuk tetap menjagamu sebagai istriku."
      Waktu pun berlalu. Suatu saat ketika Nabi Ismail
      sedang meraut anak panah, Nabi Ibrahim pun
      datang. Nabi Ismail pun bangkit menyambutnya, dan
      mereka pun saling melepaskan rindu.
      Selanjutnya Nabi Ibrahim berkata, "Wahai anakku,
      sesungguhnya Allah menyuruhku menjalankan
      perintah."
      Ismail menjawab, "Lakukanlah apa yang
      diperintahkan oleh Rabbmu."
      "Apakah engkau akan membantuku?", Tanya Nabi
      Ibrahim kembali.
      “Aku pasti akan membantumu." seru Ismail.
      Nabi Ibrahim kemudian menunjuk ke
      tumpukan tanah yang lebih tinggi dari yang
      sekitarnya. Beliau berkata, "Sesungguhnya
      Allah menyuruhku membuat suatu rumah di
      sini."
      Pada saat itulah keduanya kemudian
      meninggikan pondasi Baitullah. Ismail mulai
      mengangkut batu, sementara Ibrahim
      memasangnya.
      Setelah bangunan tinggi, Ismail membawakan sebuah
      batu untuk menjadi pijakan bagi Nabi Ibrahim. Batu
      inilah yang akhirnya disebut sebagai maqam Ibrahim.
      Mereka pun terus bekerja sembari mengucapkan doa,
      “Wahai Rabb kami terimalah dari Kami (amalan kami),
      Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi
      Maha Mengetahui".
      Sampai akhirnya tuntaslah pembangunan baitullah itu.
      Ka'bah pun akhirnya berdiri di bumi Allah 'azza wa
      jalla.(*)

      0 komentar:

      Posting Komentar

      Subscribe To RSS

      Sign up to receive latest news